Tadi malam, tepatnya Selasa 29
Mei 2012 aku menghadiri undangan rekam iris mata, sidik jari, dan pemotretan
untuk pembuatan E-KTP di kantor Kecamatan Colomadu. Rupanya, hari itu memang
khusus untuk melayani warga Gajahan, khusunya warga RW 003.
Seperti yang aku duga, di situ aku akan
bertemu dengan tetangga-tetanggaku, termasuk para tetangga yang dulu masih
ingusan sekarang sudah jadi anak perawan, cantik-cantik, bahkan sudah ada yang
bawa anak kecil. Pemuda-pemuda berbadan tegap yang sedikit-demi sedikit mulai
aku ingat namanya, karena sebelum tadi malam, aku masih melihatnya sebagai
anak-anak yang masih suka main sepakbola di gang kampung. Aku pun bertemu
dengan beberapa ibu yang dulu tidak berkerudung tapi tadi malam tampil
berkerudung, jadi pangling semua.
Maklum, karena aku sendiri selama ini tidak berdominisili di kampungku.
Sejak SD sampai perguruan tinggi aku tinggal di rumah nenekku. Hingga akhirnya
aku bekerja, dan tinggal di luar kota, praktis aku jarang sekali di rumah.
Diantara orang-orang yang aku
temui itu, ada satu yang membuatku tergelitik, yaitu seorang perempuan sekitar
60an tahun yang nomor antriannya tepat di depanku. Waktu masih mengantri di
luar aku masih biasa saja, walaupun sedikit mikir, ibu ini sudah tua tapi kok
aku masih asing ya, hmmm mungkin pendatang baru yang tinggal di kompleks
sebelah kampungku. Sampai akhirnya petugas menyebut nama dan alamat lengkapnya,
“ Ir. Diah Haryanti Jl Adi Sucipto no 55 Tegal Mulyo Gajahan.”
Huff, aku terperangah, bukan
karena pernah mengenal ibu itu sebelumnya. Tapi, kejadian ini menjawab satu
pertanyaan yang sudah bertahun-tahun tersimpan dalam memoriku. Yah, dulu semasa
aku masih duduk di bangku SD sekitar tahun 90an, saat sekitar Tegalmulyo belum
banyak bangunan, di situ ada sebuah rumah bertingkat yang tampak megah dan
mewah masa itu. Namun, pintu pagarnya selalu tertutup rapat. Setiap kali aku
melintas di depan rumah itu, baik dengan teman-teman atau orang tuaku, aku
selalu menyempatkan menoleh ke rumah
itu. Kagum! Pikirku waktu itu, hmmm siapa pemilik rumah itu, pasti orang kaya.
Hingga akhirnya, aku pun bertanya pada ibuku, “bu, siapa sih yang punya rumah
bercat putih, bertingkat, dan megah di Tegalmulyo itu?” Waktu itu ibuku
menjawab, “Bu Diah, rumahnya jelas baguslah, orang dia seorang insinyur kok,
kan seorang arsitek.” Begitu jawab ibuku saat itu. Dan, informasi tentang Bu
Diah pun cukup sampai di situ. Waktu itu, aku hanya bisa membayangkan sosok Ibu
Diah, pasti orang yang tinggi, putih, sexy, dan fashionable, seperti
perempuan-perempuan tajir yang ada di sinetron.
Setelah dua dekade berlalu, rasa
penasaran itu terjawab. Ir.Diah Haryanti si pemilik rumah mewah itu duduk di
sampingku. Tidak tinggi tidak pula cantik, tapi fashionable, perhiasan yang
dipakai serba gemerlap, berkulit bersih tapi muka dan tangannya sudah tampak keriput, jalannya
pun agak tertatih. Bagaimana dua puluh tahun yang lalu ya? Ahhh!!!!!!!