Senin, 18 Juni 2012

Sedikit Cerita dari E-KTP



Tadi malam, tepatnya Selasa 29 Mei 2012 aku menghadiri undangan rekam iris mata, sidik jari, dan pemotretan untuk pembuatan E-KTP di kantor Kecamatan Colomadu. Rupanya, hari itu memang khusus untuk melayani warga Gajahan, khusunya warga RW 003. 

Seperti yang aku duga, di situ aku akan bertemu dengan tetangga-tetanggaku, termasuk para tetangga yang dulu masih ingusan sekarang sudah jadi anak perawan, cantik-cantik, bahkan sudah ada yang bawa anak kecil. Pemuda-pemuda berbadan tegap yang sedikit-demi sedikit mulai aku ingat namanya, karena sebelum tadi malam, aku masih melihatnya sebagai anak-anak yang masih suka main sepakbola di gang kampung. Aku pun bertemu dengan beberapa ibu yang dulu tidak berkerudung tapi tadi malam tampil berkerudung, jadi pangling semua.  Maklum, karena aku sendiri selama ini tidak berdominisili di kampungku. Sejak SD sampai perguruan tinggi aku tinggal di rumah nenekku. Hingga akhirnya aku bekerja, dan tinggal di luar kota, praktis aku jarang sekali di rumah.


Diantara orang-orang yang aku temui itu, ada satu yang membuatku tergelitik, yaitu seorang perempuan sekitar 60an tahun yang nomor antriannya tepat di depanku. Waktu masih mengantri di luar aku masih biasa saja, walaupun sedikit mikir, ibu ini sudah tua tapi kok aku masih asing ya, hmmm mungkin pendatang baru yang tinggal di kompleks sebelah kampungku. Sampai akhirnya petugas menyebut nama dan alamat lengkapnya, “ Ir. Diah Haryanti Jl Adi Sucipto no 55 Tegal Mulyo Gajahan.”


Huff, aku terperangah, bukan karena pernah mengenal ibu itu sebelumnya. Tapi, kejadian ini menjawab satu pertanyaan yang sudah bertahun-tahun tersimpan dalam memoriku. Yah, dulu semasa aku masih duduk di bangku SD sekitar tahun 90an, saat sekitar Tegalmulyo belum banyak bangunan, di situ ada sebuah rumah bertingkat yang tampak megah dan mewah masa itu. Namun, pintu pagarnya selalu tertutup rapat. Setiap kali aku melintas di depan rumah itu, baik dengan teman-teman atau orang tuaku, aku selalu menyempatkan  menoleh ke rumah itu. Kagum! Pikirku waktu itu, hmmm siapa pemilik rumah itu, pasti orang kaya. Hingga akhirnya, aku pun bertanya pada ibuku, “bu, siapa sih yang punya rumah bercat putih, bertingkat, dan megah di Tegalmulyo itu?” Waktu itu ibuku menjawab, “Bu Diah, rumahnya jelas baguslah, orang dia seorang insinyur kok, kan seorang arsitek.” Begitu jawab ibuku saat itu. Dan, informasi tentang Bu Diah pun cukup sampai di situ. Waktu itu, aku hanya bisa membayangkan sosok Ibu Diah, pasti orang yang tinggi, putih, sexy, dan fashionable, seperti perempuan-perempuan tajir yang ada di sinetron.


Setelah dua dekade berlalu, rasa penasaran itu terjawab. Ir.Diah Haryanti si pemilik rumah mewah itu duduk di sampingku. Tidak tinggi tidak pula cantik, tapi fashionable, perhiasan yang dipakai serba gemerlap, berkulit bersih tapi muka dan tangannya sudah tampak keriput, jalannya pun agak tertatih. Bagaimana dua puluh tahun yang lalu ya? Ahhh!!!!!!!