Di ruang tamu kami celingak-celinguk (ala anak-anak) mencari keberadaan itu kulkas. Lalu, seorang teman dengan muka antagonis ala anak-anak bertanya, “mana kulkasmu?” Vivin pun menjawab, “Hmm kulkasnya masih disimpan di lemari kok sama ibuku.
Waktu itu aku masih duduk di
kelas 2 SD. Kebiasaan setiap jam istirahat aku dan teman-teman berkumpul di
samping sekolah, tepatnya di warung sederhana milik Mbok Mbon begitu kami biasa
memanggilnya. “Mbok Mbon” sebenarnya panggilan untuk istri tukang kebun atau
penjaga sekolah. Aku sendiri tidak tahu kenapa ibu itu dipanggil Mbok Mbon
sedangkan dia sendiri bukan istrinya Tukang Kebun, ah mungkin kebiasaan aja
kali ya, di sekolah-sekolah lain biasanya klu suami tukang kebun terus si istri
berjualan di sekolah. Begitulah, sehingga terjadi salah kaprah, di sekolahku
meskipun penjualnya bukan istri tukang kebun tetap saja dipanggil Mbok Mbon.
Kembali ke cerita aku tadi ya.
Suatu hari temanku yang bernama Indri cerita kalau ia punya kulkas baru. Dia
menceritakan dengan bangga sekali, maklum aja kami sekolah di desa. Apalagi
masa itu, kulkas masih menjadi barang mewah bagi aku dan teman-temanku yang
rata-rata ekonomi menengah kebawah. Masa itu, dibandingkan dengan teman-teman
lain termasuk aku, Indri memang terlihat lebih bersih, barang-barang miliknya
pun serba bagus dan bermerek. Pada saat bersamaan, Vivin seorang teman dari
kelas tiga yang juga sering bermain bersama kami datang dan ikut menimbrung.
Mendengar Indri punya kulkas baru, ia tak mau kalah. “Aku di rumah juga punya
kulkas baru,” begitu ucap Vivin. “Ah, masak? Kapan belinya kemarin aku ke
rumahmu ga ada kulkas.” Ucap seorang teman. “Kemarin, beli di Kartasura.” Jawab
Vivin. “Nanti pulang sekolah boleh main ke rumahmu nggak, nanti dilihatin kulkasmu
yah?” ucap seorang teman yang lain.
Akhirnya, sepulang sekolah aku
dan tiga teman lain main ke rumah Vivin. Di ruang tamu kami celingak-celinguk
(ala anak-anak) mencari keberadaan itu kulkas. Lalu, seorang teman dengan muka
antagonis ala anak-anak bertanya, “mana kulkasmu?” Vivin pun menjawab, “Hmm
kulkasnya masih disimpan di lemari kok
sama ibuku. Waktu itu, kami pun percaya begitu saja. Dasar bodoh, mana ada
orang nyimpen kulkas di lemari. Hahahhaa.